Tidak jelas kapan
istilah “smartphone” pertama kali digunakan. Namun diketahui yang dikatak
sebagai smarthpone pertama kali memuliliki fitur touchscreen, fungsi kalender, jam dunia,
jadwal pertemuan, dapat menerima dang
mengirim email, daftar agenda, memo suara, manajer kontak. Dari tahun ke tahun,
smartphone terus berkembang, fitur-fiturnya makin canggih, beragam aplikasi
diciptakan untuk meningkatkan kinerja smartphone tersebut. Smartphone yang
Bermunculan sekarang
telah memiliki teknologi yang amat canggih dibandingkan smartphone sebelumnya ,
ada yang layarnya besar, sedang, kecil. Fitur-fitur yang ditawarkan makin
canggih, ada smartphone yang tidak rusak jika jatuh ke air, ada yang bisa
melengkung, ada yang memakai processor laptop.Beragam aplikasi pun ditawarkan
seperti wechat, kakao talk, line, bbm. Perkembangan
smartphone terus ditingkatkan. Perusahaan-perusahaan smartphone terkenal terus
mencoba menciptakan sebuah smartphone yang tidak memiliki dampak negatif.
Karena pada beberapa tahun lalu, dikabarkan smartphone memiliki tingkat radiasi
tinggi yang dapat merusak kesehatan. Perusahaan-perusahaan banyak bermunculan
menciptakan smartphone canggih, alasan lainnya karena kebutuhan akan smartphone
terus meningkat, jadi menciptakan smartphone memiliki keuntungan yang besar.
Namun seberapa
butuhkah kita dengan smartphone tersebut ?
Menjawab
pertanyaan tersebut tidaklah sulit, yaitu untuk lebih mudah berkomunikasi.
Namun pernahkah kita berpikir, makin canggih smartphone yang bermunculan,
harganya pun makin mahal. Bahkan kita pernah berganti smartphone lama dengan
yang baru muncul sekarang, padahal aplikasi yang digunakan sama. Pernahkah kita
menyadari perilaku tersebut disebut konsumtif ?
Perilaku konsumtif
adalah kegiatan menghabiskan barang yang berlebihan. Jika aplikasi yang dipakai
tetap sama, buat apa kita mengganti smartphone ?
Jika kita meninjau survey yang
pernah dilakukan, Indonesia termasuk jajaran negara konsumtif terbesar. Ini
sungguh tidak mengherankan jika kita lihat realita sekarang, smartphone yang
sering diganti. Kebutuhan smartphone seakan-akan menjadi kebutuhan pokok, bukan
lagi kebutuhan sekunder. Jadi alangkah baiknya kita meninjau dan menimbang kembali
kebutuhan akan smartphone, lebih baik tidak menjadi konsumtif.
posted by
nama : hafidh aulia wirandi
nim : 24010314130095
Tidak ada komentar:
Posting Komentar